Senin, 27 Juli 2009

Melanggar Aturan sebagai Kunci Inovasi

Dalam kehidupan, terlalu banyak pola-pola aturan yang terkadang membatasi ruang gerak. Bukan sesuatu yang buruk, tetapi terlalu mengikuti aturan itu sendiri akan mematikan kreativitas.

Kesalahan, mungkin tidak bisa seluruhnya dilimpahkan ke individu atau orang yang kurang kreatif. Sistem yang lebih luas, seperti lingkungan juga mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk pola berpikir kreatif seseorang. Ambil contoh, satu ditambah satu sama dengan dua. Tanpa berpikir lagi hampir semua orang akan langsung menjawab, dua. Sistem belajar di sekolah dasar di negeri kita memang mengarah ke pembentukan pola berpikir seperti ini. Tetapi, coba bayangkan, bila kita mengukur kekuatan satu lidi dan membandingkannya dengan kekuatan dua lidi. Kekuatan dua lidi yang digabung menjadi satu ini bahkan mungkin setara dengan kekuatan empat lidi yang terpisah (tidak digabung jadi satu).

Perpikir cara ini tentunya dapat diterapkan untuk menciptakan solusi-solusi terhadap masalah-masalah yang berat, atau bahkan masalah yang mustahil sekalipun. Perhatikan Albert Einstein yang telah memecahkan beberapa masalah dunia yang paling membingungkan. Teori relativitas. Einstein sukses karena dia memiliki cara yang sangat berbeda. Kita juga bisa belajar untuk berpikir dengan cara yang sama dengan teknik-teknik yang dipakainya.

Bukan saja hanya bisa digunakan untuk memahami misteri-misteri alam semesta seperti yang dilakukan Einstein, kita juga bisa menggunakan teknik-tekniknya untuk meningkatkan keuntungan bisnis, meningkatkan peluang pendidikan bagi anak, membuat terobosan-terobosan artistik dan kreatif, dan meningkatkan kualitas kehidupan. Berbagai macam masalah berat dapat dipecahkan berkat suatu prinsip universal yang merupakan inti dari belajar berpikir jenius. Langgar segala macam aturan klasik. Berpikir dengan perspektif diluar yang pernah Anda bayangkan sebelumnya. Disinilah bulir-bulir kreatifitas sebagai kunci inovasi akan menyeruak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...