Di sebuah kesempatan saya pernah berdiskusi dengan salah seorang mahasiswa yang baru saja lulus ujian tugas akhir. Arah pembicaraannya sudah bisa ditebak. Iya. Apa rencana selanjutnya mahasiswa tersebut.
Untuk diketahui, mahasiswa tersebut sebenarnya sudah memiliki usaha yang dirintis sejak berstatus mahasiswa baru. Bahkan rekan-rekannya sudah me-label-i mahasiswa tersebut dengan panggilan yang bagi sebagian orang mungkin akan gerah dan bahkan marah. “Tukang Kredit”.
Profesi itu tidak ada yang salah di mata saya. Bahkan secara pribadi saya salut, karena itu dilakukannya bukan karena keterpaksaan tetapi lebih pada penyaluran hobinya secara positif.
Mahasiswa tersebut sedikit gundah. Apakah di harus mendaftar dan ikut berkompetisi dengan rekannya dalam bursa lapangan pekerjaan, atau harus lebih fokus menggeluti bisnisnya.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap perusahaan perekrut, saya menyarankan dia untuk tetap pada bisnisnya, sembari mencoba peruntungan diterima sebagai pegawai. Dengan segala konsekuensi, harus mau mengorbankan waktu dan berkontribusi memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perusahaan dengan gaji yang tentunya lebih kecil. Sampai pada satu titik dimana dia akan mendapatkan jati dirinya yang sebenarnya.
But.... tidak ada salahnya dicoba.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengelolaan Praktis Keuangan Keluarga di Masa Pandemi
Pandemi yang masih belum belas kapan akan berakhirnya membuat, seksli lagi, kita harus dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan keluarga. ...

-
Aktiva merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Beberapa contoh aktiva antara lain: kas, persediaan, surat berharga, tanah, bangunan,...
-
Salah satu sertifikasi yang dapat diambil oleh pelaku pasar modal, selain ASPI, WMI, dan WPEE adalah WPPE. Sertifikat ini diberikan bagi ora...
-
Bagi pengguna Blogger yang baru bermigrasi menggunakan domain selain blogspot.com setelah mengganti domainnya dan mensetting blogger terkada...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar