Rabu, 06 Januari 2021

Suka Duka Sekolah dan Kuliah dengan Proses Belajar Mengejar Secara Daring (Online)

Pandemi covid 19 yang telah berlansung selama kurang lebih setahun, banyak sekali membuat perubahan dalam tata pola kehidupan kita. Pandemi ini juga menyebabkan mati surinya berbagai profesi. Namun, disisi lain, profesi atau perusahaan tertentu bahkan dapat membuat keuntungan ekstraordinary. Banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung dengan adanya kondisi semacam ini. 

Demikian juga dengan profesi pendidik. Meskipun banyak yang melihat bahwa profesi ini tidak terlalu terimbas dengan pandemi, tetapi kenyataannya tidak demikian. Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang profesi ini. 

Sesuai dengan judul, sukanya profesi ini antara lain, penghasilan hampir tidak berubah, kerja dari rumah, dan dengan demikian, dapat lebih dekat dengan keluarga.  Bagi PNS penghasilan sebagai pendidik mungkin tidak banyak perubahan, kecuali terkait honor honar tertentu yang umumnya ada bila ada kegiatan. Selain itu, terkait beraktivitas di dalam rumah sudah menjadi impian banyak orang, tentu karena selain dapat intens berkumpul dengan keluarga, juga dapat dapat lebih beraktivitas sambal melakukan aktivitas lain yang tidak mungkin dilakukan di sekolah atau kampus.

Namun sayang, tidak semua yang kelihatannya indah itu seindah aslinya. Setumpuk pekerjaan yang menunggu karena tugas harus dilakukan secara daring, yang ini memerlukan penyesuaian kebiasaan baru. Bagi yang muda, mungkin ini bukan suatu masalah, tetapi bagi yang lebih tua, yang sudah tidak cukup fleksibel untuk berubah menyesuaikan tuntutan pekerjaan yang ada, ini menjadi suatu masalah yang berarti. 

Teknologi komunikasi membuat pekerjaan untuk profesi ini tidak mengenal batas waktu dalam bekerja. Tidak hanya terbatas 8 jam sehari sebagaimana layaknya karyawan atau pegawai kantor, profesi ini menuntut waktu yang lebih. Kelihatannya tatap muka hanya memakan waktu dua, tiga, atau empat jam sehari.  Namun harus dipahami bahwa membuat persiapan untuk proses belajar mengajar ini memakan waktu paling sedikit dua setengah jam untuk satu jam proses belajar menganjar. Secara jumlah waktu, untuk tatap muka 5 jam sehari, maka ekuivalen dengan 12,5 jam sehari. Belum lagi dengan membuat soal ujian, memeriksa tugas-tugas, ujian, dan membuat soal dan berbagai tugas administrator lainnya.

Kontak emosional akan sangat berbeda bagi perkuliahan online. Keterlibatan emosional yang tinggi dapat terjadi di ruang kelas. Pengalaman yang lebih dari suasana kelas dan nuansa interaksi sosial yang tercipta belum dapat digantikan dengan penggunaan teknologi ini. Efeknya juga dapat terlihat dari kecerdasan emosional yang perlu upaya berkali kali lipat untuk mendapatkan proses pembelajaran online. Ini juga akan sangat berpengaruh pada pengembangan sosial peserta didik.

Dari sisi peserta didik, sebagian ada yang senang (khususnya bagi yang cenderung introvert) dan sebagiannya lagi cenderung merasa kehilangan kontak sosial (bagi yang ekstrovert). Akibatnya, proses belajar mengajar dan perkulihan dilakukan secara "terpaksa". Tidak jarang terjadi pengabaian dengan memanfaatkan fitur teknologi konferen yaitu dengan menonaktifkan fitur kamera dan microphone sehingga peserta didik dapat mengikuti proses belajar mengajar sembari rebahan atau melakukan sesuatu yang lain, bahkan meninggalkan tempat sambil tetap mengaktifkan aplikasi konferensi tersebut di gadget mereka.

Bagi pendidik, ini semacam tantangan sendiri. Ini karena ketersedian akses internet yang belum merata ke seluruh masyarakat, utamanya yang letaknya relatif jauh terpencil. Memaksakan untuk terus online juga akan membuat timbulnya biaya yang berlebih dan tidak jarang ketidak stabilan koneksi internet membuat semakin tidak efektifnya proses belajar mengajar.

Semuanya kembali ke niatan masing-masing. Jelas bahwa pandemi sudah merampas kebebasan sebagian besar masyarakat. Bagaimana kita mensikapinya adalah hal yang lebih penting. Bagaimana juga mengoptimalkan proses transfer of knowledge and enhance the attitude melui kegiatan belajar mengajar secara daring

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...