Sabtu, 19 Desember 2009

Nomor Identitas Tunggal (Single Identity Number): Kebutuhan yang Semakin Mendesak

Bagi Anda yang sering bertransaksi dengan menggunakan jasa perbankan dan penyelenggara kartu kredit, mungkin selain Kartu Tanda Penduduk, dalam dompet Anda terselip juga berbagai kartu magnetis baik berupa kartu ATM, Kartu Debet, Kartu Kredit, atau Kartu Diskon Merchant tertentu. Demikian pula dengan pegawai, baik dari sektor swasta maupun pemerintahan juga pasti memiliki kartu identitas yang biasanya disebut kartu pegawai. Belum lagi Surat Ijin Mengemudi (SIM) baik untuk roda dua dana roda empat ditambah lagi dengan Surat Tanda Naik Kendaraan (STNK). Tidak lupa juga mungkin ada kartu berobat dan kartu Nota Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menjejali dompet Anda. Bila dijumlahkan, jumlah berbagai jenis kartu tersebut bisa belasan jumlahnya.

Kesan kurang praktis mungkin merupakan kata yang tepat dalam menggambarkan kondisi ini. Bukan itu saja, kondisi ini rentan terhadap penyalahgunaan. Penyalahgunaan yang saya maksud bisa dibagi menjadi dua kategori. Pertama, penyalahgunaan oleh si pemilik kartu. Mekanisme sistem kendali keuangan yang masih belum terintegrasi secara sempurna dan sistem keamanan dari merchant yang masih belum dapat sepenuhnya dikatakan aman. Anda mungkin pernah melihat ada tawaran dari sumber tertentu yang menawarkan untuk dapat menarik dana dalam jumlah tertentu yang transaksinya tidak terekam atau tercatat pada akun si pemegang kartu ATM, sehingga tidak mengurangi saldo dari akun si pemegang kartu. Walaupun saya sendiri belum pernah membuktikannya, tetapi mungkin tidak ada asap bila tidak ada api. Silahkan interpretasikan sendiri.

Kedua, penyalahgunaan yang dilakukan orang lain atau pihak ketiga. Untuk kasus ini bisa sangat banyak contohnya, mulai dari membobol kartu kredit orang lain untuk bertransaksi via internet. Penyalahgunaan kartu identitas untuk melakukan pencucian uang seperti yang disinyalir terjadi pada kasus Bank Century, dan lain sebagainya.

Solusi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan ini menurut saya adalah Single Identity Number atau Nomor Identitias Tunggal. Bentuknya fisiknya bisa saja seperti kartu magnetic standar atau bahkan yang lebih aman lagi dengan menanamkan chip ke dalam bagian tubuh kita, misalnya di dahi, di tangan, atau di bagian tubuh lainnya yang bersifat praktis dan memudahkan.

Single Identity Number atau Nomor Indentitas Tunggal memiliki chip yang memuat seluruh informasi, mulai dari informasi yang terdapat pada KTP dan kependudukan yang lengkap, Kartu Pegawai, SIM, Kartu Berobat, dan informasi Keuangan Pribadi.

Informasi Keuangan Pribadi yang saya maksud adalah segala informasi terkait keuangan pribadi seperti saldo rekening tabungan, informasi pertanggungan asuransi, informasi limit kredit yang dapat diakses individu tersebut, jumlah dan tagihan pajak yang harus dibayar, jumlah dan tagihan kredit, informasi dan potongan untuk dana pensiun, dan seluruh informasi terkait keuangan pribadi individu yang bersangkutan.

Perlu diingat, penerapan Nomor Identitas Tunggal (NIT) tidak semudah membalikkan telapak tangan. Asumsi yang mendasari NIT dapat diterapkan adalah bersinerginya seluruh badan atau institusi terkait yang tentunya sangat sarat dengan potensi penolakan. Contohnya dunia perbankan, yang tidak hanya diisi oleh satu bank saja, tetapi saat ini terdapat dua puluhan bank yang tercatat masih beroperasi di negara kita Indonesia. Perlu ada MOU dari seluruh institusi atau lembaga sejenis maupun lintas institusi atau lembaga.

Lalu, kira-kira manfaat apa yang dapat diperoleh? Anda mungkin bisa menambahkan kemungkinan manfaat yang dapat dipetik dari NIT ini, tetapi garis besarnya mungkin antara lain:
  • Menekan biaya transaksi.
  • Meminimalisir biaya dan waktu verifikasi data.
  • Meningkatkan otomatisasi.
  • Mempersempit kemungkian pencucian uang.
  • Bukan tidak mungkin berpotensi menjadi hambatan utama untuk orang dapat berperilaku korup.
  • Meminimalisir tindak kejahatan akibat tercatatnya seluruh aktivitas individu dan menutup kemungkinan alibi yang direkayasa.
  • Dan… masih banyak lagi….

Semoga dapat memberi inspirasi untuk peningkatan kualitas hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...