Jumat, 07 Oktober 2016

Fenomena Klenik di Negeriku

Belakangan ini banyak kasus terbongkarnya fenomena metafisik di media masa. Hmmm ini menarik untuk dibahas mengingat sebenarnya kasus seperti ini tidak hanya baru ini saja terjadi. Bahkan sejarah panjang berdirinya negeri ini dari rakyat jelata hingga setingkat presiden di negeri ini tidak lepas dari hal yang demikian.

Secara emosional saya bisa memahami bagaimana beratnya menyadarkan seseorang untuk tidak bergantung dan percaya lagi dengan hal yang belum menyentuh nalar ini. Bahkan orang terdekat saya juga pernah menjadi korban. Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali dengan modus yang beragam. Menyedihkan memang. Harta benda yang telah dikumpulkan dengan cara yang halal melayang hanya dalam hitungan sekejap bahkan meninggalkan hutang yang bebannya harus ditanggung bertahun-tahun kemudian.

Saya percaya dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan berkembang. Namun untuk yang satu ini belum dapat dibuktikan secara komperhensif mengenai keanehan metafisika. Harapan untuk mengetahui dan memahami esensi metafisik tersebutlah yang mungkin menginspirasi berbagai temuan yang bersinggungan dengan itu. Teleportasi, telpati, transformasi, dan sebagainya belakangan ini sudah mulai dijawab dengan teknologi. Setidaknya hal ini menggugah manusia untuk mewujudkan sesuatu yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Bagaimana pun itu, sebenarnya ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk memahami fenomena supranatural tersebut. Pertama yaitu ketauhitan yang berorientasi akhirat dimana tiada daya upaya yang lebih hebat dari sang pencipta, Allah SWT dimana manusia harus menyembah dan mengikuti segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Kedua, keduniawian yang lebih memfokuskan pada pemenuhak kebutuhan duniawi semata, seperti pangkat, kedudukan, harta, jabatan, dan uang. Bila kita fokus pada perintah Allah SWT, insyaAllah kedua hal tersebut akan lebih mudah direngkuh, namun bila lebih menitik beratkan pada keduniawian, efeknya akan semakin jauh dari nilai nilai kebaikan sebagai bekal di akhirat kelak.

Jumat, 25 Maret 2016

Suku Bunga Negatif Perbankan Jepang

Tokyo - Sebuah langkah yang mengejutkan, bank sentral Jepang, Bank of Japan akan menerapkan suku bunga negatif.
Suku bunga acuan Jepang akan ditetapkan -0,1%. Yang artinya, perbankan justru akan mengenakan biaya kepada para pemegang deposito, yang seharusnya pemegang deposito lah yang mendapatkan bunga dari perbankan.
Penerapan suku bunga negatif ini untuk menekan merosotnya ekonomi Jepang saat ini, yang merupakan ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Bank Sentral Eropa juga menerapkan hal yang sama untuk bisa menjaga perekonomiannya, yaitu dengan menerapkan kebijakan suku bunga negatif.
Keputusan tersebut telah disetujui oleh 5 dari 9 suara di rapat dewan gubernur BoJ.
"BoJ akan memangkas suku bunga ke negatif jika dinilai perlu," tulis Bank of Japan, seperti dilansir BBC , Jumat (29/1/2016).
Keputusan memangkas suku bunga akan terus berlanjut hingga target inflasi sebesar 2% bisa tercapai.
Mengapa Jepang membuat langkah ini?
- Jepang saat ini sedang menghadapi inflasi yang sangat rendah. Masyarakat Jepang kelebihan uang karena mereka lebih memilih berinvestasi dan menyimpan uangnya di bank dibandingkan untuk belanja.
- Pemotongan biaya pinjaman perbankan. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengeluaran domestik dan investasi bisnis.
- Hal ini juga bertujuan untuk mendorong kenaikan inflasi. Masyarakat Jepang didorong untuk membelanjakan uangnya ketimbang menyimpannya di bank.
Inflasi Jepang per Desember 2015 tercatat hanya 0,1%, jauh di bawah target bank sentral Jepang.
Bursa saham Asia naik dan nilai tukar yen jatuh di seluruh perdagangan merespons pengumuman tersebut.
"Suku bunga negatif adalah salah satu instrumen yang terakhir yang akan dilakukan BOJ," kata Martin Schulz dari Fujitsu Institute di Tokyo.
Schulz memperingatkan bahwa di zona euro, suku bunga negatif dilakukan untuk mengatasi krisis keuangan, sedangkan Jepang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang selama ini bejalan lambat.
"Di Jepang, penyaluran kredit tidak gencar bukan karena bank tidak mau meminjamkan, tetapi karena mereka tidak melihat perspektif bisnis yang bagus ke depan, dengan suku bunga negatif sekali pun".
"Mereka membutuhkan peluang investasi dan itu hanya dapat dicapai oleh reformasi struktural,bukan dengan kebijakan moneter," katanya.
(drk/hns)
Sumber:detik.com

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...