Minggu, 21 Juni 2009

Time Value of Money (Nilai Waktu dari Uang ): Memilih Lump-sum (Pembayaran Sekaligus) vs Pembayaran Periodik

Ada wacana pemerintah akan memberikan pilihan bagi pensiunan pegawai negeri untuk memilih lump-sum atau menerima pembayaran gaji pensiunan secara periodik setiap bulannya. Bahkan kabarnya bisa dikombinasikan, sebagaian di lump-sum sebagian lagi diterima secara bulanan.

Segala yang berhubungan dengan uang terkadang menarik minat banyak orang. Tentunya menghadapi pilihan diatas kita tidak boleh gegabah. Coba telisik prinsip keuangan praktis sederhana untuk membantu memutuskan pilihan terbaik. Ini cukup membingungkan karena kita diperhadapkan pada pilihan terkait dengan uang dengan jumlah yang berbeda tetapi dengan skema waktu yang berbeda pula.

Maksudnya? Begini..., baik orang awam maupun ahli ekonomi sekalipun, apabila diperhadapkan pada dua pilihan, misalnya menerima uang sejumlah Rp. 1jt sekarang atau dengan jumlah yang sama tetapi akan diberikan satu tahun kedepan tentunya lazimnya orang akan memilih untuk menerima uang tersebut sekarang.

Bagaimana bila uang yang ditawarkan untuk pembayaran tahun depan jumlahnya 2x lipat dari sebelumnya? Dibanding ilustrasi pertama tadi, untuk ilustrasi seperti ini tentunya kita harus lebih memutar otak untuk memecahkan masalahnya. Untuk lebih jelasnya saya akan menampilkan salah satu contoh kasus terkait nilai waktu dari uang pada suatu ujian mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan.

Contoh kasus:
Tulamak bekerja di suatu perusahaan swasta dan beberapa hari lagi akan pensiun. Bagian keuangan perusahaan menawarkan untuk memilih program pensiun sebagai berikut:
  1. Menerima Rp. 65.000.000,- per tahun selama 15 tahun, atau
  2. Menerima pembayaran lump-sum sebesar Rp. 500.000.000,-.
Tulamak yakin bahwa dia dapat menginvestasikan uang yang dimilikinya, dengan tingkat pengembalian 10% per tahun.

Pertanyaan: Dengan menggunakan konsep nilai waktu dari uang, rekomendasikan pilihan mana yang seharusnya diambil Tulamak?

Untuk memecahkan kasus ini, kita harus menggunakan alat ukur yang tepat. Ibarat membedakan dua buah benda, mangga dan apel, kita harus menetapkan satuan pengukurannya, misalnya berat benda dengan satuan kilogram. Kasus tulamak, dapat ditentukan dengan menetapkan satuan yang akan digunakan. Ada dua pilihan alat ukur yang bisa digunakan pertama, nilai sekarang (present value) dan yang kedua nilai yang akan datang (future value). Karena keduanya merupakan bagian dari satu alat ukur utama yaitu nilai waktu dari uang (time value of money), maka hasil pengukuran kedua metode sejatinya akan konsisten.

Pertanyaan selanjutnya, secara umum, alat ukur manakah yang paling mudah untuk digunakan? Present value atau future value? Jawabannya relatif. Tetapi untuk kasus tulamak maka lebih mudah bila kita menghitungnya dengan menggunakan present value. Karena pilihan lump-sum merupakan present value, maka kita hanya perlu melakukan satu langkah yaitu mem-present value-kan pilihan pembayaran secara periodik.



Untuk menghitung dengan menggunakan future value, kita memerlukan dua langkah proses penyelesaian, yaitu mem-future value-kan pembayaran periodik dan mem-future value-kan lump-sum. Kebanyakan dari mahasiswa keliru dalam hal ini. Mereka menggunakan perhitungan future value, tetapi hanya menghitung future value dari lump-sum, sedangkan pembayaran periodik hanya dihitung dengan mengkalikan jumlah pembayaran dalam satu periode dengan jumlah periodenya. Seharusnya pembayaran yang diterima di setiap periode-nya harus dihitung future value-nya masing-masing, kemudian hasilnya baru diakumulasikan. Future value dari kedua pilihan tadi kemudian dibandingkan. Yang terbesar yang akan direkomendasikan untuk diambil. Bila ini dilakukan tentunya hasilnya akan konsisten dengan hasil perhitungan dengan menggunakan present value.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...