Jumat, 12 Juni 2009

Lompatan Keseimbangan sebagai Proses Perubahan ke Arah yang Lebih Baik

Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana begitu menariknya mobilitas yang terjadi di sekitar kita. Anak-anak dengan riangnya bermain sepeda. Orang orang berkendaraan menuju tempat aktivitasnya, dan ranting pohon yang melambai-lambai diterjang hembusan angin. Bahkan kerikil yang terpental akibat lindasan roda kendaraan dan titik air hujan yang jatuh dari langit.

Bila kita cermati, dibalik kuasa Allah, yang merupakan alasan semua kejadian, seluruh aktivitas yang ada bergerak dengan pola yang sama. Melompat dari satu titik keseimbangan ke titik keseimbangan lainnya. Jadi, inti dari perubahan (baca: gerak) adalah beralihnya dari satu posisi awal menjadi posisi selanjutnya, posisi selanjutnya ini kemudian berubah menjadi posisi berikutnya dan terus menerus berpola seperti itu. Hukum-hukum fisika mungkin bisa menjawab pola semacam ini. Ask the exact scientist for more detail!

Perhatikan seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Dalam melatih keseimbangannya, anak tersebut sebenarnya sedang dalam posisi seimbang. Walaupun keseimbangan yang terjadi secara relatif dalam bentuk yang lebih kecil. Saat terjatuh, anak tersebut juga dalam pola yang sama. Lompatan keseimbangan memang sedang terjadi pada anak kecil itu.

Proses perubahan ini terkadang lebih banyak dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan, pengorbanan, investasi, kepedihan, dan lain sebagainya. Ilustrasi akan kecil sebelumnya memberikan gambaran bahwa jatuhnnya anak tersebut menggambarkan bagaimana pengorbanan yang terjadi untuk mencapai satu titik (baca: tujuan) yang diinginkan yaitu bisa berjalan dengan baik.

Keberhasilan seseorang biasanya telah melalui berbagai proses lompatan keseimbangan yang terkandang panjang dan sangat menyakitkan. Untuk orang yang menempatkan proses ini sebagai hoby, its OK, dia akan menikmatinya susah maupun senang, untung maupun rugi. Tetapi ada juga yang menggunakan strategi pengelolaan dan pemberdayaan aset mereka untuk mempercepat proses dan mendapatkan hasil sesuai harapan. Misalnya dengan melakukan pendelegasian.

Lompatan keseimbangan pasti terjadi. Namun, skalanya terkadang berbeda antara orang satu dengan yang lainnya. Harapan umum atau impiannya adalah dengan sedikit gerakan lompatan keseimbangan, tujuan akhir akan dicapai. Sah sah saja. Tetapi prinsip keadilan tetap harus ditegakkan. Setiap orang punya porsi masing-masing yang harus digali dan dioptimalkan.

Mungkin, sebagian pembaca masih belum sepenuhnya memahami isi esai ini, tetapi saya berharap, ini menjadi dasar bagi pembahasan dan tulisan-tulisan selanjutnya. Impiannya, serangkaian tulisan dan esai yang nantinya saya buat, bisa menguatkan pendapat tentang hal ini dan lebih memperjelas siratan makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...