Selasa, 02 Juni 2009

Investor vs Spekulan

Mungkin kedua kata tersebut, investor dan spekulan sering kita dengar. Tetapi saya yakin hanya sedikit dari kita yang memahaminya dengan baik. Pendefinisian kedua kata tersebut mungkin sangat bervariasi tetapi umumnya investor menggambarkan orang yang menempatkan sejumlah dananya pada suatu instrumen investasi tertentu dan mengharapkan tingkat pengembalian tertentu di masa yang akan datang.

Lalu, bagaimana dengan spekulan? Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang rekan yang bisa dikatakan banyak berkutat di pasar modal. Menurutnya, spekulan adalah orang yang memanfaatkan keuntungan dari selisih harga beli-jual saham, obligasi atau instrumen keuangan lainnya.

Pendapat rekan saya tentang spekulan mungkin harus dicermati lebih dalam. Mungkin bisa diawali dengan pertanyaan sederhana yaitu dapatkah istilah itu dipertukarkan penggunaannya. Reaksi atas jawaban pertanyaan tersebut bisa beragam. Namun, satu hal yang harus diperhatikan, biasanya seseorang bangga atas sebutan investor sebagai profesinya sedangkan spekulan mungkin enggan menyatakan dirinya sebagai spekulan.

Dalam pembahasan ini saya ingin mencoba menempatkan kembali kedua istilah tersebut pada tempatnya. Kita tahu bahwa terdapat dua macam sektor bisnis. Sektor riil (real sector) dan sektor keuangan (financial sector). Sektor riil terkait dengan berbagai aktivitas yang diawali dengan pensinergian sumber daya untuk melakukan produksi dan menciptakan produk dan jasa yang bersifat komoditas. Di sisi lain, sektor keuangan diharapkan mampu mengoptimalkan lancarnya operasi sektor riil melalui berbagai layanan seperti pemberian pinjaman modal, media transaksi pembayaran, dan penjaminan.

Keserakahan manusia membuat orang-orang yang malas, berusaha mendapat keuntungan dari adanya sektor keuangan yang bersifat turunan (derivatives). Ambil contoh sederhana, sektor keuangan seperti pasar uang, yang seharusnya berlaku sebagai alat tukar mata uang untuk pembayaran atas penjualan (ekspor) dan pembelian (impor). Akan tetapi yang terjadi adalah mata uang yang ada dianggap sebagai komoditas, dan diperjual belikan dengan berbagai konsep tipu daya seperti arbitrase, short selling, dan lain sebagainya.

Akibatnya sektor keuangan yang seharusnya berjalan mengiringi sektor riil, berjalan sendiri tanpa terkendali. Sistem yang mengakomodir keserakahan manusia ini yang kemudian pada gilirannya membuat ketimpangan, menciptakan gelembung ekonomi (economic bubble) dan menghancurkan perekonomian bangsa.

Jelas bahwa investor merupakan pelaku ekonomi di sektor riil yang bersifat membangun perekonomian yang kokoh sedangkan spekulan bertindak sebagai perusak sendi-sendi perekonomian bangsa bahkan dunia dengan difasilitasinya spekulasi dengan adanya pasar keuangan global.

Analogi sederhananya, investor = pengusaha; spekulan = penjudi.

Sekarang, bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...