Rabu, 17 Juni 2009

Kepemimpinan: Teladan Sifat Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai Cerminan Pemimpin Ideal

Pemimpin menurut skalanya, memiliki berbagai bentuk. Diawali dari diri sendiri, keluarga, sampai pada presiden yang merupakan pemimpin terbesar suatu negara. Tetapi perlu ditekankan bahwa tidak semua pemimpin memiliki kepemimpinan yang baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemimpin itu berbeda dengan kepemimpinan. Pemimpin merujuk pada status orang dalam tanggung-jawabnya, sedangkan kepemimpinan merupakan pola sifat, perilaku, dan seluruh kebijakan yang diambil oleh pemimpin.

Kebijakan yang diambil oleh pemimpin haruslah kebijakan yang bersifat adil. Walaupun adil bagi sebagian orang bersifat normatif, tetapi harus ada acuan dan landasan yang wajib dipegang teguh. Al Qur’an nur karim. Sumber dari segala sumber hukum yang mengatur segala sisi kehidupan manusia terkait hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sesama manusia serta hubungannya dengan ciptaan Allah lainnnya.

Kebijakan juga tidak seharusnya diambil hanya berdasarkan suara terbanyak dan dominasi tertentu, karena belum tentu kebijakan yang diambil dengan cara ini akan mencerminkan keadilan. Apalagi bila secara mayoritas orang-orang yang terlibat di dalam penentuan kebijakan adalah orang yang tidak memenuhi syarat secara kapasitas, kapabilitas dan kualitas keimanan yang baik.

Ada baiknya kita telisik beberapa sifat nabi yang membawa pada teladan kepemimpinan:
  1. Shidiq atau benar. Artinya benar karena segala tindak tanduk sikap dan perbuatan dari pemimpin dilandasi kebenaran. Nabi Muhammad menjalankan seluruh aktivitas hidupnya bersadarkan perintah Allah yang merupakan sumber kebenaran. Bagi pemimpin sekarang, jalan terbaik untuk mendekati kualitas kepemimpinan nabi dapat dilakukan hanya dengan menggunakan acuan yang sama, yaitu Al-Qur’an dan Hadist nabi.
  2. Amanah atau dapat dipercaya. Semenjak kecil gelar Al-Amin sudah melekat di pribadi Nabi Muhammad. Bahkan kaum kafir qurais juga mengakui kejujuran dan sifat amanah nabi. Coba bayangkan apabila pemimpin tidak dapat dipercaya, akan sulit sekali untuk bisa menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemimpin tersebut.
  3. Fathonah atau Cerdas. Pemimpin harus cerdas sebagai syarat dalam pengantisipasi segala permasalahan yang mungkin akan muncul dan mempunyai dan yang paling penting adalah cerdas dalam artian mampu membuat solusi atas berbagai permasalahan yang ada melalui berbagai sudut pandang.
  4. Tablig atau penyampaikan. Selain ketiga sifat yang disebutkan diatas, pemimpin harus bisa menyampaikan dan mensosialisasikan segala kebijakan yang diambil. Bagaimanapun juga masyarakat yang dipimpinnya harus mengerti dan memahami bagaimana pentingnya suatu kebijakan dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat. Proses ini juga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang telah mengerti dan memahami kebijakan untuk bisa berperan aktif dalam mencapai tujuan terkait kebijakan yang diambil.

Dalam bentuk yang paling sederhana dan skala yang paling kecil, kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Jadi teladan kepemimpinan nabi bisa menjadi inspirasi untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada skala yang lebih luas, sifat dasar ini tentunya akan lebih memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih luas pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...