Setelah lima tahun lebih, saya ingin membandingkan berbagai
kemajuan yang terjadi di kota kecil tersebut. Sebenarnya tidak terlalu banyak
yang berubah, tetapi tetap saja ada hal-hal yang menarik untuk diulas.
Perubahan yang jelas utama dari nama kota itu sendiri yang
awalnya Soroako, berubah menjadi Sorowako. Saya kurang mengerti lebih jauh apa
yang melatar-belakangi perubahan ini. Apakah alasan semantik yang penyesuaikan cara
mengeja terhadap cara penulisan. Atau mungkin ada sebab lain. Tetapi yang jelas, kode pos 91984 dan kode telpon 0475 yang sudah ada tidak berubah dengan
adanya perubahan tersebut, sehingga kendala alamat dan kode wilayah saya rasa
tidak ada sama sekali.
Selanjutnya, perubahan terbesar yang terjadi di sana adalah
bergantinya kepemilikan saham mayoritas perusahaan yang menjadi cikal bakal
adanya kota Sorowako yaitu dari PT. INCO Tbk menjadi PT. Vale Tbk. Memang
beginilah adanya bila terjadi akuisisi perusahaan. Pemilik yang baru tentunya
ingin menancapkan eksistensinya dengan memberi identitas baru, pola manajemen
baru, kebijakan baru, dan lain-lain yang arahnya tentunya disesuaikan untuk
mengikuti credo dan budaya organisasi perusahaan akuisitor.
Dari sisi pemukiman, banyak berubahan yang terjadi disini.
Kawasan perumahan milik perusahaan yang sedianya diperuntukkan bagi karyawan
level staff di wilayah pontada dan salonsa, kini banyak yang tidak digunakan.
Kebijakan perusahaan yang memberikan tunjangan perumahan yang cukup memadai sebagai
alternatif bila pegawai tidak menempati rumah dinas yang menjadi penyebab ini
terjadi. Bayangkan dengan nilai tunjangan perumahan sebesar kira-kira Rp.3,5
juta per bulan, orang akan lebih memilih untuk membeli rumah sendiri dengan
cara kredit. Perlu diingat untuk level pegawai yang lebih tinggi lagi, besar
tunjangan perumahan ini semakin besar.
Kawasan pemukiman yang awalnya disediakan bagi karyawan non
staff kini beralih prioritas menjadi pemukiman staff dengan status kepemilikan
hak milik. Harga juga menurut saya relatif mahal karena berbagai alasan seperti
tingkat perekonomian masyarakat sekitar dan keterbatasan pengembang dan lahan
perumahan. Sebelumnya, Sumasang yang merupakan nama wilayah pemukiman baru ini,
awalnya adalah bekas semacam airport atau bandara di atas air bagi pesawat
albatross, yaitu pesawat kecil berbaling-baling yang mampu mendarat di air.
Namun itu sudah lama tidak difungsikan lagi, sampai kemudian berubah menjadi
daerah pemukiman.
Dari sisi transportasi, alat transportasi yang melayani rute
Makassar Sorowako tidak banyak berubah dari lima tahun sebelumnya. Untuk sarana
transportasi udara memang terjadi perubahan jenis pesawat yang membuat kapasitas
penumpang sekali terbang menjadi lebih banyak. Kontrak perusahaan aviasi yang melayani
juga berubah sekarang menjadi bersama Indonesia Air Service. Dulunya perusahaan, PT. Inco,
punya sendiri dua unit sebelum kemudian di outsorce kan ke perusahaan
penerbangan lokal seperti merpati dan kemudian
IAS ini. Jumlah penerbangan sehari tetap sama, 2 kali sehari setiap
hari dari dan ke Makassar. Untuk jalur darat, hanya ada satu tambahan perusahaan bus yang bermain
disini yaitu Bintang Timur. Sebelumnya beturut turut dari awal ada Liman yang
sekarang berevolusi menjadi New Liman, kemudian Litha & Co, dan Mega Mas.
Setiap hari masing-masing perusahaan memberangkatkan minimal dua unit bus ke Makassar,
dan dua unit bus dari Makassar ke Sorowako. Bedanya yang dulunya bus itu
mengantar penumpang sampai rumah, sekarang hanya sampai di terminal saja.
Angkutan kota kelihatannya sudah tidak ada lagi karena mayoritas sudah memiliki
kendaraan sendiri, mobil dan motor. Dan bagi karyawan dan anak sekolah,
perusahaan tetap menyediakan bus karyawan dan bus sekolah. Hanya saja merek
busnya saja yang berubah dari lima tahun lalu. Dari Volvo menjadi Mercedess
Benz. Namun jaman saya dulu sekolah bus yang digunakan adalah merek Blue Bird
yang lazimnya kita lihat di filem-filem barat sebagai bus sekolah anak-anak disono.
Sarana pendidikan juga tidak banyak berubah. Jumlah
sekolahnya sama, ada satu tambahan lembaga training, PPL kalo saya tidak salah
namanya, yang bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk menyelenggarakan
pelatihan untuk mempersiapkan peserta didik untuk siap kerja di perusahaan
pertambangan. ATS atau Akademi Teknik Sorowako masih tetap ada dan arealnya
kelihatannya bertambah luas, SMA, SMP, SD, dan TK yang ada praktis tidak banyak
berubah hanya saja di wilayah SMP YPS Sorowako terlihat adanya pembangunan
gedung beberapa lantai, yang katanya pengerjaannya sempat mangkrak beberapa tahun.
Sarana rekreasi praktis tidak banyak bertambah, hanya ada
dua fasilitas permainan gratis yaitu luncuran di dua spot. Nah anak saya Ryu, paling seneng dibawa kesini. Satu terawat dan
satunya lagi kondisinya mengenaskan. Pantai IDE juga sebenarnya sama tetapi
sekarang dipercantik dengan disediakannya lahan parkir dan dibangunnya berbagai
trotoar dan tempat duduk sepanjang bibir pantai. Ini juga tempat favorit Ryu saat disana. Yacht club juga tidak banyak
berubah, hanya kayaknya saja yang berubah yang dulunya satu kayak hanya untuk
satu orang, sekarang sudah ada yang hingga untuk tiga orang. Selancar kelihatannya
tidak banyak berubah.
Jogging track, disiapkan bagi masyarakat yang ingin berolah
raga. Lintasannya di buat dari Airport hingga Salonsa sepanjang kira kira 6
kilo meter (maaf kalo tidak tepat pajang lintasan yang saya tulis, hanya perkiraan saja) sehingga pengguna jalan tidak terganggu dan
aman bagi pejalan kali dan yang berolah raga.
Selain itu, ada banyak juga yang tidak berubah. Yang paling
saya rasakan adalah keterbatasan operator seluler dimana selain Telkom hanya
Telkomsel dan Indosat. Saya yang membawa kartu tri tentu tidak dapat digunakan
disitu sehingga harus menggunakan flash yang terkenal lelet disana. Sepertinya
dari BTS yang ada, ada satu yang rusak sehingga bandwidth yang ada dijejali
oleh seluruh onliners Sorowako sehingga koneksi jadi lelet.
Atau pastinya masih banyak lagi yang belum diulas di artikel
ini. Bila ada yang tertinggal silahkan tambahkan dan tinggalkan pesan di
komentar.