Jumat, 22 Mei 2015

Salah Kaprah dalam Penulisan Latar Belakang Penelitian Pada Skripsi

Skripsi merupakan tugas akhir penelitian yang didesain untuk memberikan pembelajaran bagi mahasiswa tingkat strata-1 untuk menuangkan ide pemecahan masalah baik itu praktis maupun teoritis berdasarkan berbagai sumber dan seluruh bidang ilmu yang telah diperlajari selama masa studi.

Proses penulisan skripsi, yang dibimbing oleh minimal 2 dosen yang dianggap memiliki kapabilitas yang sesuai untuk membantu mengarahkan terselesaikannya tugas akhir ini, terkadang mememui berbagai kendala. Selain miskomunikasi antara mahasiswa dan pembimbing, tidak jarang terjadi perbedaan landasan pijak atas suatu topik penelitian yang menyebabkan perbedaan persepsi antar pembimbing. Ujung-ujungnya, mahasiswa menjadi bingung. Mau ngikuti yang mana? Namun perbedaan ini sebenarnya mudah untuk diatasi selama si mahasiswa punya dan mampu menunjukkan referensi yang cukup kuat untuk apa yang diyakininya benar.

Latar belakang penelitian, tidak terlepas juga dalam skripsi, menjadi sangat penting untuk dapat dikemukakan karena inilah yang mendasari mengapa suatu riset perlu dilakukan. Ketidak-mampuan menemukan dan memaparkan informasi yang relevan dalam menulis latar belakang membuat suatu penelitian (skripsi) sulit untuk dipahami signifikansinya. Ada beberapa salah kaprah penulisan latar belakang yang perlu untuk direnungkan kembali untuk diperbaiki kedepannya.

Di latar belakang penelitian, terkadang ditemukan berbagai penjelasan teoritis tentang riset yang akan dilakukan. Hal ini terkadang dipertegas dengan berbagai temuan atau hasil penelitian dari riset terdahulu. Ini kelihatannya bagus, tetapi menurut hemat saya kurat tepat. Kurang tepatnya dalam artian bahwa, umumnya penelitian di level S1 hanya menerapkan model yang sudah. Perbedaan hanya dititik beratkan pada objek penelitian dan periode pengamatan penelitian. Sehingga kurang tepat bila di latar belakang dipaparkan temuan riset terdahulu yang notabene menggunakan alat analisis yang sama. Bahasa sederhananya, tidak mungkin kita mendapatkan hasil yang lebih baik atau menemukan sesuatu yang baru bila kita menggunakan cara yang sama dengan cara sebelumnya.

Lantas, apa yang harus dipaparkan pada latar belakang penelitian? Jawabanya adalah data. Data sekunder yang diterbitkan oleh pihak terkait yang kredibel. Berbagai sumber data bisa diambil digunakan untuk memperjelas pentingnya (signifikansi) suatu riset dilakukan. Berbagai sumber data bisa diakses dan dipaparkan pada latar belakang. BPS, Bank Indonesia, asosiasi-asosiasi, lembaga survey, kementrian, dan berbagai referensi online terpercaya juga, baik dari dalam maupun luar negeri dapat dijadikan sumber data yang dipaparkan dalam latar belakang penelitian.

Tentu saja relevansi dalam hal ini sangat penting untuk diperhatikan. Perhatikan juga bahwa terkadang kita harus dapat memunculkan informasi dari data sekunder yang dipaparkan. Ini penting untuk untuk memudahkan pembaca memahami bagian penting dalam penelitian tersebut. Dengan tersedianya data, akan sangat mudah untuk mengidentifikasi rumusan masalah, begitu pula dengan tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Bagaimana dengan mahasiswa yang sudah menulis draf proposal penelitian dan hanya memasukkan  berbagai penjelasan teoritis dan temuan riset sebelumnya. Ya... tentunya harus dikembalikan ke habitatnya di bab selanjutnya yaitu landasan teori. Disinilah tempatnya penjelasan teoritis dan berbagai temuan atas topik yang akan diteliti. Bila tetap memaksakan ditempatkan di latar belakang, tentu sudah dapat ditebak bahwa penjelasan tersebut akan ditemukan juga di landasan teori. Terus bagaimana dengan konsep concise (singkat, jelas, dan padat) yang harus diikuti dalam melakukan riset. Benang merah penelitian juga lebih jelas bila kita tertib mengikuti aturan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...