Kamis, 04 Agustus 2011

Hambatan Kemajuan: Alasan Rasional Orang Berhijrah

Pernahkah kita membayangkan saat dimana seseorang yang akan berkarya kemudian harus terhenti hanya karena adanya kendala teknis yang seharusnya tidak ada? Kasus seperti ini memang sangat sering terjadi. Disaat sedang on (bersemangat) mengerjakan sesuatu tiba-tiba listrik padam, jaringan internet terputus, dan sebagainya dan sebagainya.

Kendala seperti ini juga yang dihadapi orang-orang hebat di Indonesia untuk hijrah ke Negara lain yang menawarkan fasilitas dengan standar yang jauh lebih tinggi dari apa yang mungkin mereka bisa dapatkan di negeri tercinta.

Perlu disadari bahwa setiap aktivitas, tidak terlepas dengan aktivitas lainnya. SInkronisasi berbagai aktivitas dapat menjembatani tercapainya tujuan yang diinginkan. Bila terjadi kegagalan pada salah satu atau lebih aktivitas, maka dapat mengganggu kinerja keseluruhan dan bahankan berpotensi menyebabkan kegagalan.

Kegagalan ini yang umumnya orang-orang hebat dari Negara kita hindari. Mereka lebih baik mengorbankan anggapan orang tentang nasionalisme terhadap diri mereka dan memilih berjibaku di negeri orang untuk dapat mengekpresikan segala aktivitas dan tujuan yang ingin mereka capai. Terkadang ada yang relevansinya besar terhadap kontribusi ke negera mereka, tetapi juga kadang sebaliknya. Tetapi, dari segala tantangan tersebut, saya percaya bahwa dalam lubuk hati mereka yang paling dalam, mereka tetap merindukan negeri mereka dan ingin berkontribusi positif. Walaupun harus tertunda dengan realitas keterbatasan yang ada.

Dasar pemikiran ini juga pasti yang mendasari perpindahan orang dari satu tempat ke tampat lainnya. Transmigrasi, imigrasi, emigrasi, urbanisasi hanya sebatas istilah. Tetapi jauh didalamnya terkandung ekspektasi untuk dapat menjadi lebih baik, dimulai dari diri mereka sendiri, keluarga, hingga pada level Negara.

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...