Selasa, 22 Februari 2011

Perjalanan Penjaja Barang Secara Kredit

Di suatu kesempatan saya berbincang dengan seseorang yang belum saya kenal sebelumnya. Perbincangan seperti biasanya, saya giring untuk menyelami lebih dalam tentang bidang apa pekerjaan orang tersebut. Benar saja, akhirnya banyak informasi yang saya bisa ungkap dari pengalaman orang tersebut mengenai bagaimana dia menjalankan usahanya.

Tukang kredit, begitu orang biasanya menyebutnya. Tidak seperti yang dibayangkan orang, dia menjalankannya dengan modal dengkul. Menurut informasi yang berhasil saya ungkap, beliau ini merintis usaha tersebut sejak delapan tahun lalu. Diawali dengan menghubungi berbagai toko-toko besar yang mau memberinya harga diskon. Setelah informasi dihimpun dan kata sepakat diperoleh, beliau selanjutnya mencari pelanggan yang mau membeli produk-produk yang ditawarkan.

Kenalan-kenalan penghuni kost-kostan menjadi sasaran pertamanya. Menurutnya, tipikal orang seperti ini biasanya maunya serba praktis, dan bersedia membayar dengan harga tinggi untuk kredit. Seiring berjalanya waktu, dia berusaha mendapatkan pelanggan yang terbaik dengan risiko minim. Sekarang sebagian besar pelanggannya adalah orang yang bekerja di sektor hiburan malam, dan pertambahan pelanggannya berkembang dari informasi mulut ke mulut dan rekomendasi pelanggan yang sebelumnya.

Berbicara mengenai margin keuntungan, dia menyebutkan terkadang untuk kredit, uang muka pertama sebenarnya sudah cukup untuk menutupi harga beli barang tersebut, sehingga praktis, keuntungan yang diperolehnya adalah sebesar angsuran yang harus dibayar oleh pelanggannya. Kasarnya untuk margin laba paling tidak, lebih besar dari 50% untuk setiap produk. Keuntungan bisa semakin besar lagi bila beliau dapat diskon khusus dari suplier langganannya. Siklusnya berubah ubah, terkadang hanya bisa memperoleh 20 ribu per hari, tetapi ada kalanya bisa dapat keuntungan Rp.700 ribu dalam sehari.

Pelajaran yang dapat dipetik adalah, setiap usaha tentunya ada risiko dan keuntungan yang diharapkan. Modal awal tidak sepenuhnya hanya diwakilkan oleh uang saja. Hubungan baik dengan suplier dan pelanggan, jaringan, , dan kepercayaan pelanggan juga merupakan modal yang sangat berharga dalam berusaha. Jadi.... siapa bilang memulai usaha harus selalu dengan modal besar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...