Sabtu, 18 Desember 2010

Hoby yang Tertunda

Cukup lama juga rasanya blog ini tidak saya update. Banyak yang ingin dituangkan tetapi kesibukan yang membatasi semuanya. Di sela-sela kesibukan layaknya hoby orang-orang, saya coba sempatkan menulis sedikit. Mudah mudahan bisa mengobati kerinduan untuk mengekspresikan pengalaman lewat gerakan jemari tangan ini.

Seingat saya, intensif menggunakan tangan untuk menulis tangan terahir saya lakukan sewaktu di bangku kuliah S1 doeloe. Tepatnya tahun 2001, setelah itu sebagian besar pekerjaan lebih banyak saya kerjakan menggunakan kesepuluh jemari saya, bukan hanya tiga jari layaknya memegang ballpoint. Rasanya juga memang lebih cepat bila saya menulis dengan bantuan teknologi ini dibanding secara manual.

Tapi akhirnya kena batunya. Belakangan ini rutinitas saya mengharuskan saya menggunakan tulisan tangan yang harus bisa terbaca oleh orang lain. Suatu pekerjaan yang cukup sulit, karena terbiasa menulis dengan tulisan kecil, cepat, dan mungkin hanya diri saya yang bisa membacanya. Benar saja, proses evaluasi dengan menggunakan tulisan tangan memaksa saya untuk belajar menggunakan tulisan tangan lagi. Kuno, but.... that's one of the rules.

Aktivitas ini serasa lebih susah karena bukan hanya berusaha mengembalikan kemampuan yang doeloe dimiliki, tetapi merubahnya menjadi sesuatu yang sama sekali baru. Menjadi tulisan tangan dengan huruf-huruf yang lebih besar, dan berusaha mengikuti aturan umum yang berlaku. Uffff.....

Pernah satu ketika karena terdesak keterbatasan waktu, saya menulis nama saya secara cepat layaknya mahasiswa doeloe. Walhasil, saat proses evaluasi berlangsung, instruktur kesulitan untuk mengidentifikasi nama yang tertulis di lembar kerja saya. Katanya terlalu artistik hingga beliau tidak mampu membacanya. Selain nama yang memang tidak lazim untuk seorang laki-laki sejati ditambah lagi dengan cara penulisan yang tidak lazim menambah tinggi tingkat kesulitan membacanya. Widyarfendhi. Tapi Alhamdulillah content dari lembar kerja saya cukup mudah dibaca dan hanya perlu sekidit koreksi pada hasil pekerjaan tsb.

Sebagai kesimpulan, ternyata tidak semudah dalam imajinasi kita untuk melompat dari kebiasaan kekinian dan meninggalkan kebiasaan lalu. Teknologi sebenarnya hanya sarana untuk memper- bla bla bla, tetapi bukan untuk mengganti seluruh kebiasan masa lalu kita. Jadi teruslah menulis! (lha... nyambungnya dimana nih!)

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...