Sabtu, 02 Oktober 2010

Behavioral Finance: Upaya mengurai Kekakuan Asumsi Ekonomi

Istilah behavioral finance memang baru muncul dekade ini. Pendekatan ini mencoba melihat perilaku tidak rasional terkait keputusan dan tindakan seseorang terkait transaksi keuangan yang dilakukan.

Lalu, apakah hal ini mematahkan asumsi teori ekonomi banyak diagung-agungkan selama ini? Kita tahu bahwa setiap teori ekonomi yang ada selalu didasari atas berbagai asumsi. Namun, sayangnya banyak asumsi yang dibangun bahkan sama sekali tidak realistis.

Ceteris paribus misalnya, yang mengasumsikan bahwa semua faktor lainnya tidak berubah dalam menjelaskan suatu teori tertentu. Ini jauh dari realitas. Begitu juga prediksi bahwa orang akan bertindak rasional dalam mengambil keputusan.

Orang yang unggul adalah orang secara umum berbeda dengan yang lainnya. Berbeda dalam cara memandang fenomena, berbeda dalam cara memecahkan masalah, dan berbeda dalam mengantisipasi permasalahaan, bahkan berbeda dalam orientasi tindakan.

Bila orang diasumsikan semuanya bersifat rasional, maka tidak akan ada peluang bagi orang-orang tersebut untuk menjadi lebih baik dibanding dengan rekannya. Pola berpikir (mindset) yang berbeda lah yang dapat membuat orang itu menjadi lebih dibanding lainnya. Lebih dalam hal ini bisa positif atau negatif. Tinggal pilih yang mana.

Lalu bagaimana dengan postulate risk and return dimana risiko berbading lurus dengan tingkat keuntungan? Apakah ini juga tetap dan selalu berlaku? Kita akan diskusikan di pembahasan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...