Rabu, 26 Agustus 2009

Sugesti sebagai Motivator Peningkatan Kualitas Hidup

Masih teringat olehku semasa kecil dimana aku harus sering ke rumah sakit. Dokter di kota kecilku mendiagnosa aku terkena gejala bronkitis. Semacam peradangan pada bronkus atau saluran udara ke paru-paru. Terpaksa, antibiotik jadi teman kecilku (mungkin ini juga yang membuat warna gigiku kekuningan).

Sering sekali menolak untuk meminum obat. Bukannya tidak percaya dengan pengobatan medis, tetapi pengalaman terus bolak-balik ke dokter itu lho yang membentuk trauma kecil dan rasa bosan dan sedikit putus asa dengan pengobatan cara ini. Pengobatan alternatif sesekali ibu coba terapkan padaku. Namun, hampir seluruh bentuk pengobatan dilakukan dengan cara medis.

Kelas 3 SD, dimana saat itu, aku merasa bisa menolak untuk terus dicekoki obat antibiotik. Bukan tanpa konsekuensi, tetapi aku berusaha meyakinkan kedua orang tuaku kalau sebenarnya aku bisa sembuh sendiri tanpa minum obat tersebut. Tantangan ini memang sengaja kuciptakan untuk memberikan dorongan semangat bagi diriku sendiri untuk bisa sembuh. Walaupun orang tuaku tetap memaksa, tetapi aku tetap kekeh untuk tidak meminumnya lagi. Yah paling tidak untuk melatih diriku sendiri untuk bisa berusaha mengatasi masalah kesehatan ini tanpa bantuan obat.

Benar saja. Kondisi kesehatanku mulai membaik dan yang perlu dicatat bahwa itu tanpa bantuan obat antibiotik dan tanpa obat alternatif khusus. Hanya berserah diri kepada Allah SWT, dan memberikan kepercayaan pada diri sendiri untuk bisa mengatasi permasalahan kesehatan ini. Walaupun saat itu tutorial motivasional atau sejenisnya belum pernah aku dapatkan, tetapi dari pengalaman yang ada, sugesti yang aku kondisikan dan aku bangun sendiri mungkin merupakan kunci keberhasilanku.

Mungkin pengalaman serupa banyak terjadi pada diri rekan-rekan. Sampai sejauh ini, saya sebenarnya belum begitu memahami seberapa besar kekuatan sugesti itu. Ini terbukti dengan pengalaman lain dimana saya memang rasanya perlu dukungan medis. Untuk itu saya mengajak rekan-rekan untuk berbagi pengalaman serupa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belahan Jiwaku Akhirnya di kembali ke Sang Pencipta

Kisah pilu, yang tertuang di posting tahun lalu, harus bertambah lagi. Di bagian akhir posting tersebut, saya sudah menceritakan bagaimana k...